Sabtu, 28 November 2015

Jangan Sombong

Sekali² jgn pernah merasa diri lbh tinggi, lbh besar, lbh fakih, lbh berilmu, dan lbh byk amal, krn kita tdk tahu org di sekeliling kita.

Bisa jadi dia biasa² saja, berpenampilan sederhana, bahkan di masyarakat hanya dipandang sebelah mata, tetapi ternyata berhati mulia dan termasuk pribadi bertakwa di sisi-Nya.

Ada cerita indah dan menarik, sekaligus menakjubkan, ketika membaca kisah yg dituliskan ustadz Salim A Fillah dlm bukunya "Barakallahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta" pd halaman 448-449.

Tulisnya dlm buku itu, "Suatu malam, Ustadz Muhammad Nazhif Masykur berkunjung ke rumah. Stlh membicarakan bbrp hal, beliau bercerita tentang tukang becak di sebuah kota di JaTim".

Ustadz Salim melanjutkan, “Ini baru cerita, kata saya. Yg saya catat adlh, pernyataan misi hidup tukang becak itu, yakni:
(1) jgn pernah menyakiti
(2) hati² memberi makan istri."

“Antum pasti tanya,” kembali Salim melanjutkan ceritanya sambil menirukan kata² Ustadz Muhammad.
"Tukang becak macam apakah ini, shg punya mission statement segala?".
Saya juga takjub dan berulang kali berseru, “Subhanallah,” mendengar kisah hidup bpk berusia 55 thn ini.

Beliau ini Hafidz Qira’at Sab’ah! Beliau menghafal Al-qur’an lengkap dgn 7 lagu qira’at spt saat ia diturunkan: qira’at Imam Hafsh, Imam Warasy, dan lainnya.
Dua kalimat itu sederhana, tapi bayangkanlah sulitnya mewujudkan hal itu bagi kita.

Jgn pernah menyakiti. Dlm tafsir beliau di antaranya adlh soal tarif becaknya.
Jgn smp ada yg menawar, krn menawar menunjukkan ketidakrelaan dan ketersakitan.

Misalnya ada yg berkata, “Pak, terminal Rp 5.000 ya." Lalu dijwb,“Waduh, enggak bisa, Rp 7.000 Mbak."
Itu namanya sdh menyakiti. Makanya, beliau tak pernah pasang tarif.
“Pak, terminal Rp 5.000 ya.” Jwbnya pasti OK. “Pak, terminal Rp 3.000 ya."
Jwbnya juga OK. Bahkan kalau,“Pak, terminal Rp 1.000 ya.” Jwbnya juga sama, OK.

Gusti Allah, manusia macam apa ini.

Kalimat kedua, hati² memberi makan istri. Artinya, sang istri hanya akan makan dari keringat dan becak tuanya. Rumahnya berdinding gedek. Istrinya berjualan gorengan. Stop! Jgn dikira beliau tdk bisa mengambil yg lebih dari itu. Harap tahu, putra beliau 2 org. Hafidz Al-qur’an semua.

Salah satunya sdh menjadi dosen terkenal di PTN terkemuka di Jkt. Adiknya, tak kalah sukses. Pejabat strategis di pemerintah. Uniknya, saat pulang, anak² sukses ini tak berani berpenampilan mewah. Mobil ditinggal bbrp blok dari rumah. Semua aksesoris, spt arloji dan hp dilucuti. Bahkan, baju parlente diganti kaus oblong dan celana sederhana.

Ini adab, tata krama.

Sdh berulang kali sang putra mencoba meminta bpk dan ibunya ikut ke Jkt. Tetapi tdk pernah tersampaikan. Setiap kali akan bicara serasa tercekat di tenggorokan, lalu mereka hanya bisa menangis.

Sang bpk selalu bercerita tentang kebahagiaannya, dan dia mempersilakan putra²nya menikmati kebahagiaan mereka sendiri.

Ustadz Salim melanjutkan, “Waktu saya ceritakan ini pd istri di Gedung Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito keesokan harinya, kami menangis.

Ada byk kekasih Allah yg tak kita kenal."

Ah, benar sekali: byk kekasih Allah dan "manusia langit" yg tdk kita kenal.

Oleh: 
Ustadz Salim A.Fillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar