WAJIB TAAT KEPADA PEMERINTAH
Mendengar dan taat kepada penguasa adalah salah satu pokok aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, siapa saja yang tidak mau mengikuti prinsip pokok aqidah ahlusunnah ini berarti dia orang sesat dan keluar dari bagian ahlussunnah wal jama'ah.
Hampir setiap ulama pasti membahas masalah aqidah menetapkan, menjelaskan dan menerangkan masalah ini. Hal ini tidak lain karena sangat penting dan agungnya kedudukan permasalahan ini. Sebab dengan mendengar dan taat kepada pemimpin/penguasa kaum muslimin, akan teraturlah kehidupan agama dan dunia sekaligus. Sedangkan kekurang-ajaran kepada mereka baik secara lisan maupun perbuatan akan merusak kehidupan beragama dan dunia.
Adapun dalil wajibnya taat kepada pemerintah dan larangan mencela mereka didepan umum (di mimbar-mimbar masjid, di lingkungan akademis, di whatsapp, bbm dll) adalah sebagai berikut:
1. firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu”. (QS. An-Nisa` : 59)
2. Sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam :
السُّلْطُانُ ظِلُّ اللهِ فِي الْأَرْضِ مَنْ أَكْرَمَهُ أَكْرَمَهُ اللهُ وَمَنْ أَهَانَهُ أَهَانَهُ اللهُ
“Penguasa adalah naungan Alllah di muka bumi, maka barangsiapa yang memuliakannya maka Allah akan memuliakannya dan barangsiapa yang menghinakannya maka Allah akan menghinakannya pula”. (Hadits Hasan, diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At-Tirmidzy dan lain-lainnya. Lihat Ash-Shohihah 5/376)
3. Sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah :
مَنْ خَرَجَ عَنِ الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الْجَمَاعَةِ وَمَاتَ فَمِيْتَتُهُ مِيْتَةٌ جَاهِلِيَّةٌ
“Barangsiapa yang keluar dari ketaatan (kepada penguasa,–pent.) dan memisahkan diri dari Al-Jama’ah kemudian dia mati maka matinya adalah mati jahiliyah”. (HR. Muslim)
4. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata :
نَهَانَا كُبَرَاؤُنَا مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ, قَالُوْا : لَا تَسُبُّوا أُمَرَاءَكُمْ وَلَا تَغُشُّوْهُمْ وَلَا تُبْغِصُوْهُمْ وَاتَّقُوا اللهَ وَاصْبِرُوْا فَإِنَّ الْأَمْرَ قَرِيْبٌ
“Para pembesar kami dari shahabat Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam melarang kami, mereka berkata : Jangan kalian mencaci para penguasa kalian, jangan menipu mereka, jangan membenci mereka, dan bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah sesungguhnya perkara adalah dekat”. (Hadits Hasan, riwayat Ibnu Abi ‘Ashim dan Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman 5/376)
5. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ, فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ
“Wajib bagi setiap muslim untuk mendengar dan taat (kepada penguasa,–pent.) pada perkara yang di sukai dan dia benci kecuali jika dia diperintah untuk berbuat maksiat. Jika dia diperintah untuk berbuat maksiat maka tidak ada mendengar dan taat”. (HR. Bukhary – Muslim)
6. Imam Muslim meriwayatkan hadits dari ‘Alqomah bin Wa`il Al-Hadhramy dari bapaknya beliau berkata : Salamah bin Yazid Al-Ju‘fy bertanya kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam : “Wahai Nabi Allah, bagaimana pandangan anda bila penguasa meminta kepada kami haknya sementara mereka (penguasa,–pent.) menahan hak kami, apa yang engkau perintahkan kepada kami ?”, lalu beliau berpaling darinya. Lalu orang itu bertanya lagi, beliau berpaling lagi. Orang itu bertanya untuk kedua kalinya atau ketiga kalinya, lalu Al-Asy’‘ats bin Qois menarik orang itu dan berkata :
اسْمَعُوْا وَأَطِيْعُوْا فَإِنَّمَا عَلَيْهِمْ مَا حُمِّلُوْا وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ
“Dengarlah dan taatlah, sesungguhnya kewajiban atas mereka adalah apa yang telah dibebankan atas mereka, dan kewajiban kalian adalah apa yang dibebankan kepada kalian”.
7. Dari Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhuma, beliau bertanya : “Wahai Rasulullah, dulu kami berada dalam kejelekan, kemudian Allah mendatangkan kebaikan maka kamipun berada didalamnya. Apakah setelah kebaikan ini ada kejelekan ?”. Beliau menjawab : “Iya”, saya bertanya lagi : “Apakah di belakang kejelekan itu ada kebaikan ?”. Beliau menjawab : “Iya”. Saya bertanya lagi : “Apakah setelah kebaikan itu ada kejelekan ?”. Beliau menjawab : “Iya”. Saya bertanya : “Bagaimana (bisa demikian –pent.) ?”. Beliau menjawab : “Sepeninggalku nanti para pemimpin tidak berpetunjuk dengan petunjukku, mereka tidak mengikuti sunnah dengan sunnahku dan akan muncul pada mereka manusia-manusi yang hati-hati mereka adalah hati-hati syaithan dalam tubuh manusia”. Saya bertanya lagi : “Apa yang (harus) saya perbuat ya Rasulullah bila saya menjumpai keadaan seperti itu ?”,beliau menjawab :
تَسْمَعُ وَتُطِيْعُ لِلْأَمِيْرِ وَإِنْ ضَرَبَ ظَهْرَكَ وَأَخَذَ مَالَكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ
“Kamu mendengar dan taat kepada amir-amir (penguasa –pent.) walaupun dia memukul punggungmu dan mengambil hartamu, maka dengar dan taat”. (HR. Muslim)
8. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda : “Sebaik-baik penguasa kalian adalah yang kalian cintai dan merekapun mencintai kalian, mereka mendo’akan kebaikan bagi kalian dan kalian mendo’akan kebaikan bagi mereka. Dan sejelek-jelek penguasa kalian adalah yang kalian benci dan merekapun membenci kalian, kalian melaknat mereka dan merekapun melaknat kalian”. Lalu dikatakan : “Ya Rasulullah, tidakkah kita perangi saja mereka dengan pedang ?”, beliau menjawab :
لَا, مَا أَقَامُوْا فِيْكُمُ الصَّلَاةَ. وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلَاتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُوْنَهُ, فَاكْرَهُوْا عَمَلَهُ وَلَا تَنْزِعْ يَدَكَ مِنْ طَاعَةٍ
“Tidak, selama mereka masih menegakkan sholat di tengah-tengah kalian. Jika kalian melihat dari penguasa kalian sesuatu yang kalian benci, maka bencilah amalannya (saja) dan janganlah kalian melepaskan tangan dari ketaatan”. (HR. Muslim)
9. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :
مَنْ أَكْرَمَ سُلْطَانَ اللهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ الدُّنْيَا أَكْرَمَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ, وَمَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي الدُّنْيَا أَهَانَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
“Barang siapa yang memuliakan penguasa Allah Tabaraka wa Ta’ala di dunia, maka Allah akan memuliakannya pada hari Kiamat dan barang siapa yang menghinakan penguasa maka Allah Tabaraka wa Ta’ala di dunia maka Allah akan menghinakannya pada hari Kiamat”. (HR. Ahmad dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Ash-Shahihah 5/376).
Somoga Allah senantiasa membimbing dan memberi petunjuk presiden kita ir. H. Joko Widodo hafidahullahu ta'ala. Amiin
Catatan tambahan:
Imam Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata,
لو أني أعلم أن لي دعوة مستجابة لصرفتها للسلطان
“Seandainya aku tahu bahwa aku memiliki doa yang mustajab (yang dikabulkan), maka aku akan gunakan untuk mendoakan penguasa.”
Bahkan Al-Imam al-Barbahari rahimahumallah berkata, “Apabila engkau melihat ada orang yang mendoakan kebaikan untuk penguasa, ketahuilah dia seorang Ahlus Sunnah, insya Allah.”
Semoga kita menjadi ahlussunnah yang sejati dengan senantiasa mendoakan para pemimpin kita, baik presiden, gubernur, bupati, camat, dll
RUMAH MUTIARA QUR'AN
Perum Pondok Mutiara G 14-16 Sidoarjo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar